pesantreen dan terorisme (part lll)

Pertanyaan besarnya: benarkah secara genetis pesantren terkait atau bahkan bermula dari doktrin-doktrin terorisme?
Geneologi Tradisi Pesantren
Dalam karya monumentalnya, Kitab Kuning, Indonesianis asal Negeri Kincir Angin Martin van Bruinessen menulis, munculnya pesantren adalah untuk mentransmisikan Islam tradisional sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad lalu. (1995: h. 17).
Dengan ujaran lain, tradisi, baik tradisi pemikiran maupun lelaku yang berkembang di pesantren, tak lain merupakan implementasi ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab-kitab klasik itu. Logika sederhananya, jika pesantren dianggap sebagai produsen teroris, maka ajaran-ajaran yang terhampar dalam kitab-kitab itu juga cerminan ajaran teroris. Betulkah?
Untuk menjawab pertanyaan ini, penulis berupaya menulusuri kitab-kitab klasik apa saja yang diajarkan di pesantren dan apakah ajaran kekerasan ala terorisme itu termuat di dalamnya.
Pertama, kitab-kitab fiqh. Hampir semua pesantren di nusantara ini mengajarkan kitab-kitab fiqh yang berhaluan Mazhab al-Syafi’i. Itu menunjukkan, secara geneologi, pemahaman fiqh pesantren di nusantara ini tidak berujung pada bentuk fiqh yang kaku atau keras. Karena, Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i (w. 204 H) sebagai pencetusnya, dikenal sebagai pemikir moderat. Ia berhasil memoderasi pemikiran fiqh Abu Hanifah (w. 150 H) yang cenderung rasional-kontektual dan pemikiran fiqh Malik bin Anas (w. 179 H) yang cenderung kaku dan rigid. al-Syafi’i juga dikenal sebagai sosok penuh toleransi atas perbedaan.

0 komentar:

Free Dragon Cursors at www.totallyfreecursors.com