Sejarah Pesantren (part VI)

5.Pesantren kini dalam Pembentukan moral generasi bangsa.

Jika kita amati, lembaga pendidikan pesantren saat ini kelihatan mengalami semacam "kebangkitan", atau setidaknya menemukan "popularitas" baru. Secara kuantitatif jumlah pesantren meningkat; berbagai santren baru muncul di mana-mana, tidak hanya di Jawa, tetapi juga di Sumatera. Yang menarik dari perkembangan kuantitatif ini adalah gejala pertumbuhan santren-pesantren baru di wilayah urban, seperti Jakarta dan wilayah-wilayah sekitarnya (Jabotabek).
Di antara pesantren baru di wilayah urban, yang ngalami perkembangan cukup fenomenal, misalnya antren Darul Muttaqin di Parung, Bogor. Lalu di Pasar Usang, di dekat kota Padang, telah berdiri "Pesantren Modern Prof. Dr. Hamka" juga di Samarinda imantan Timur berdiri Pondok Pesantren Nabil Husein. Sementara itu, perkembangan fisik bangunan pesantren juga mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat observable. Banyak pesantren di berbagai tempat apakah itu diwilayah urban, maupun di pedesaan, mempunyai gedung-gedung atau bangunan yang megah dan lebih penting lagi, sehat dan kondusif sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan yang baik.
Dengan demikian, citra yang pernah disandang pesantren sebagai komplek bangunan yang reot dan tidak higienis semakin memudar. Pada satu segi perkembangan fisik pesantren mengindikasikan terjadinya peningkatan swadaya dan swadana masyarakat muslim sebagai hasil dari kemajuan ekonomi yang dicapai kaum muslim dalam pembangunan.
Pada segi lain, kemunculan pesantren-pesantren baru yang ternyata dengan cepat menjadi popular itu dalam skala sedikit luas agaknya merupakan salah satu indikasi tambahan tentang tengah berlangsungnya secara intens apa yang disebut sebagian pengamat sebagai proses "santrinisasi" kaum muslim Indonesia.
Lebih jauh lagi, kemunculan pesantren-pesantren urban bisa jadi merupakan indikasi lebih lanjut tentang kerinduan orang tua - orang tua muslim untuk mendapatkan pendidikan Islami yang baik, tetapi sekaligus kompetitif bagi anak-anak mereka. Atau, sebaliknya, boleh jadi mengindikasikan "kepasrahan" orang tua muslim terutama di wilayah urban yang merasa "tidak mamptu" lagi mendidik sendiri anak-anak mereka secara Islami, atau "tidak yakin" bahwa anak-anak mereka akan mendapatkan pendidikan agama yang memadai dari sekolah-sekolah umum dan karena itu, menyerahkan anak-anak mereka ke pesantren. atau lebih jauh lagi, karena pesantren dengan proses pendidikannya selama dua puluh empat jam penuh itu, dipandang orang tua sebagai mampu "menjinakkan" anak-anak mereka dari dislokasi sosial yang muncul dewasa ini sebagai ekses globalis, nilai-nilai.
Dalam kerangka analisis semacam itu, sebenarnya orang tua atau bahkan masyarakat muslim umumm masih memegangi citra tentang dan harapan (expectation) lama terhadap pesantren. Jelasnya, bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang mampu membentuk dan menyiapkan anak didiknya menjadi muslim yang baik. Paling tidak secara implisit bisa dipahami hahwa inilah harapan pokok orang tua atau masyarakat muslim umumnya terhadap pesantren dewasa ini. Oleh karena itu, tugas pokok yang dipikul pesantren pada esensinya adalah mewujudkan manusia dan masyarakat muslim Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Dalam kaitan ini secara lebih khusus lagi pesantren bahkan diharapkan berfungsi lebih daripada itu ia diharapkan dapat memikul tugas yang tak kalah pentingnya yakni melakukan reproduksi ulama. Dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuan dan akhlaknya, para santri diharapkan mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya.
Di sini para santri diharapkan dapat memainkan fungsi ulama dan pengakuan terhadap keulamaan mereka biasanya pelan-pelan tapi pasti datang dari masyarakat. Selain itu pesantren juga bertujuan untuk menciptakan manusia muslim mandiri dan ini kultur pesantren yang cukup menonjol yang mempunyai swakarya dan swadaya. Dengan demikian keunggulaii Sumber Daya Manusia yang ingin dicapal pesantren adalah terwujudnya generasi muda yang berkualitas tidak hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik.
Tetapi sesuai dengan sifat distingtifnya sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam yang mempunyai "sub-kultur" yang distingtif pula, pesantren harus lebih mengorientasikan peningkatan kualitas santrinya kearah penguasaan ilmu-ilmu agama Islam. Karena bagaimanapun sampai sekarang ini pesantren tetap masih merupakan lembaga pendidikan Islam yang paling efektif dalam melakukan transmisi dan transfer ilmu-ilmu agama Islam.
6.Prospek Pesantren di Masa Depan
Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya atau pendidikan Islam, termasuk pesantren, khususnya argumen panjang lebar tidak perlu dikemukakan lagi bahwa masyarakat muslim tidak bisa menghindarkan diri dari proses globalisasi tersebut, apalagi kalau ingin survive dan berjaya ditengah perkembangan dunia yang kian kompetitif dimasa kini, diabad XXI. Globalisasi sebenarnya bukanlah fenomena baru sama sekali bagi masyarakat-masyarakat muslim Indonesia. Bahkah berbarengan dengan datangnya berbagai gelombang global secara konstan dari waktu ke waktu.
Sumber globalisasi tersebut adalah Timur Tengah khususnya mula-mula Makkah dan Madinah, dari sejak abad 20, juga Kairo. Karena itu seperti bisa diduga, globsasi ini lebih bersifat religio-intelektual, meski dalam kurun-kurun tertentu juga diwarnai oleh semangat religio-politik. Tetapi globalisasi yang berlangsnng dan melanda masyarakat muslim Indonesia sekarag menampilkan sumber dan watak yang berbeda. Proses globalisasi dewasa ini tidak lagi bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia umumnya. Globalisasi yang bersumber dari Barat tampil dengan watak ekonomipolitik dan sains teknologi.
Dominasi dan hegemoni politik Barat dalam segi-segi tertentu mungkin saja telah "merosot", khususnya setelah berakhir perang dunia kedua dan "Perang Dingin". Tetapi hegemoni ekonomi dan sains-teknologi Barat tetap belum tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan ekonomi baru, seperti Jepang dan Korea Selatan, tetapi kultur hegemoni ekonomi dan sainsteknologi, tetap sarat dengan nilai-nilai Barat. Dengan demikian, hegemoni tadi menemukan momentum baru, yang pada gilirannya mempercepat proses globalisasi.
Hegemoni ekonomi dan sains-teknologi jelas bukan persoalan sederhana. Hegemoni dalam bidang-bidang ini bukan hanya menghasilkan globalisási ekonomi dan sains-teknologi, tetapi juga bidang-bidang intelektual, sosial, nilai-nilai dan gaya hidup dan seterusnya. Globalisasi Coca Cola atau Mc Donald, bukan sekedar ekspansi ekonomi, tetapi juga gaya hidup dengan segala implikasinya. Globalisasi "Mc Donald" misalnya menimbulkan perubahan dalam pola dan jenis makanan yang dikonsumsi masyarakat.
Perubahan ini pada gilirannya menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi kesehatan masyarakat, penyakit-penyakit, semacam tingginya kolesterol, , obesitas (kegemukan) sekarang dikhawatirkan ahli-ahli kesehatan Indonesia semakin menyebar dalam sebagian marakat Indonesia terutama di wilayah-wilayah dimana ekspansi dan penetrasi "Mc Donaldnisasi" dann Coca-colanisasi" ini terlihat paling kuat. Hal yang sama juga bisa dilihat pada hegemoni model-model Pendidikan Barat terhadap sistem Pendidikan Nasional di Indonesia.
Itulah sebabnya ke depan, Pondok Pesantren harus melakukan pembenahan diri dengan maksimal dan terencana. Model pendidikan Islam yang di emban oleh Pondok Pesantren harus terus mengalami pembaharuan-pembaharuan dimana karakteristik Pondok Pesantren harus tetap melekat kuat dan menjadi jiwa dan pergerakan Pondok Pesantren dan berbareng dengan itu pengadopsian model-model pendidikan modern harus dilakukan dengan tanpa mengurangi sedikitpun pengaktualisasian nilai-nilai ke-Islam-an yang hidup dalan pesantren. Lebih dari itu transformasi penguasaan teknologi modern serta profesionalisasi para santri harus juga dikedepankan sebagai salah satu misi Pondok Pesantren Modern. Hal yang amat penting adalah Pondok Pesantren juga harus menerapkan prinsip-prinsip bahwa Pondok Pesantren adalah sebuah komunitas sosial masyarakat Islam modern juga harus terus diikuti dengan berkembangnya kegiatan ekonomi modern dalam pesantren yang mendukung kuatnya posisi ekonomi pesantren di mata masyarakat modern. Sudah saatnya bahwa Pondok Pesantren juga harus menjadi sebuah sistim Pendidikan yang menyeluruh, menyatu dan terintergrasi dimana di dalam kawasan Pondok Pesantren berdiri Taman Bermain Anak-anak (Play Group), Taman kanak-kanak, Pondok Pesantren Modern SD, SMP,SMU dan Perguruan Tinggi.
Kedepan dengan kelenturannya untuk memodermsasikan model pendidikan Islam di dalan pesantren, maka Pesantren akan terus ikut berkembang menjadi "Centre of Moslem Revitalisations" (Pusat Revitalisasi Islam). Disini lulusan-lulusan Pesantren akn mengabdikan diri sebagai pembaharu dan modernis IsIam dan membentuk serta mewarnai dunia modern khususnya bangsa Indonesia dengan nafas Islam yang dibawabanya dari Pesantren. Dan dengan itu akan lahir peradaban Islam Modern yang mampu berkembang dan membentuk tata dunia baru Islam sebagai Rahmatan lil alamin (Islam sebagai Rahmat bagi dunia) dan bukan sebagaimana menjadi sebuah kekuatan yang seringkali diisukan sebagai ancaman bagi dunia modern.

0 komentar:

Free Dragon Cursors at www.totallyfreecursors.com