Diposting oleh
jaki iskandar
di
07.14
Pendidikan Islam Alternatif
Beberpa
studi empiris tentang pendidikan Islam di Indoensia menyimpulkan masih
terdapatnya beberapa kelemahan. Karena itu kini banyak ditemukan
beberapa lembaga pendidikan alternatif yang mengakomodir berbagai
tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Sekolah-sekolah unggulan, SMP Plus,
SMU Terpadu yang kini banyak berdiri merupakan respon dari fenomena di
atas. Tidak jarang kini ditemukan SMP atau SMU yang berasrama seperti
halnya pondok pesantren. Dipergunakannya nama “SMP” dan “SMU” di atas
hanya lebih karena dorongan kebutuhan market (pasar). Sebab, nama pondok
pesantren pada sebagian masyarakat masih dianggap kolot dan ketinggalan
zaman.
Bentuk
pendidikan ini dilengkapi dengan kurikulum yang tidak kalah dengan yang
terdapat pada pesantren dan sekolah umum. Terbukti adanya sejumlah
sekolah ini yang melahirkan “Huffadz” (penghafal al-Quran) padahal lahir
dari sebuah SMP atau SMA.
Di
sisi lain, bentuk lembaga ini merindukan pudarnya dikotomi antara ilmu
agama dan ilmu umum agar integritas keduanya berjalan bersama-sama
sebagaimana yang pernah ditemukan dunia Islam masa silam. Inilah mungkin
yang pernah diungkapkan oleh KH. Zainuddin MZ sebagai “Hati Mekkah,
Otak Jerman”. Walaupun semboyan ini tidak seluruhnya benar. Soalnya,
pendidikan Islam harus bersemboyan “Hati, Otak dan jiwa harus Islami”,
dan ini telah terbukti dengan lahirnya ilmuwan-ilmuuwan Islam di zaman
keemasan.
Kegiatan
belajar-mengajar di lembaga ini sama dengan pesantren, Ia juga
mempunyai nilai plus yang tidak didapatkan di sekolah umum biasa. Untuk
menghasilkan alumi yang handal, lembaga ini menyaring calon siswanya
dengan ujian masuk yang ketat. Kemampuan IQ dan intelejensi menjadi
prioritas dalam menerima para siswa. Fasilitas yang memadai menjadi daya
tarik minat masyarakat walau harus membayar dengan harga tinggi. Hal
ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bahkan sebagian
lapisan masyarakat merasa bangga dengan bayaran tinggi karena sesuai
dengan mutu dan fasilitas.
Apakah bentuk pendidikan ini telah berhasil dan dianggap sukses?. Belum
tentu, selain belum lahirnya para alumni model ini, sistem pendidikan
akan terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan zaman.
Bahkan kemungkinan bentuk terakhir ini tidak mampu berjalan selama kurun
satu atau dua dasawarsa ke depan.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar