Ekonomi Nasional
PEMBANGUNAN
ekonomi sangat erat kaitannya dengan pembangunan politik. Tidak mungkin
membangun sistem ekonomi tanpa didukung oleh kekuasaan politik yang
bebas. Itulah sebabnya untuk menyejahterakan rakyat Indonesia, para
pemimpin bangsa ini menuntut kemerdekaan nasional.
Kita membuat negara sendiri, agar mampu mengelola kebijakan politik secara mandiri, sehingga mampu merumuskan dan menerapkan kebijakan ekonomi nasional sendiri. Semuanya ditujukan untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan martabat bangsa.
Kita membuat negara sendiri, agar mampu mengelola kebijakan politik secara mandiri, sehingga mampu merumuskan dan menerapkan kebijakan ekonomi nasional sendiri. Semuanya ditujukan untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan martabat bangsa.
17/12/2010 20:14
Pajeg Warteg, Mburu Uceng Kelangan Deleg
Hari-hari ini, perbincangan
ibukota terjebak isu tentang masyarakat kecil dan usaha kecil yang
selama ini mereka anggap pinggiran. Tapi tiba-tiba menjadi begitu
penting dalam hingar-bingar Pemerintahan Ibukota Jakarta, ketika
keserakahan perpajakan melanda para birokrat. Tidak terlalu salah
manakala kalkulasi finansial tersebut dilakukan dan pembengkakan
pendapatan daerah, dan berarti pendapatan negara, diproyeksikan.Meskipun demikian, hiruk-pikuk resistensi yang terjadi semenjak syahwat perpajakan tersebut dilontarkan, tentu harus memperoleh perhatian tersendiri bagi pemerintah setempat untuk secara adil guna memperhitungkan segala implikasi dan kemudian melakukan akomodasi sepenuhnya dalam pemikiran cerdas mereka. Dalam perspektif inilah, para pejabat Ibukota dituntut untuk lebih peka menyikapi segala keputusan ekonomi-politiknya.
01/11/2010 22:14
Drama Mbah Maridjan di Puncak Merapi
Berperan
tidaknya seorang pemimpin sangat tergantung pada karakter yang melekat
pada dirinya, sementara karakter dibangun dalam proses pergumulan
panjang yang kadang penuh dengan gejolak dan jatuh bangun serta berbagai
suka duka. Semuanya itu membentu menjadi jiwa yang ulet, hati yang
teguh dan kemauan yang kuat serta pengabdian yang tak kenal batas. Mbah
Maridjan adalah salah satu contoh terakhir yang ditunjukkan kita pada
saat ini. Ini sebuah pertunjukan yang sangat tepat dalam sebuah panggung
politik nasional yang tidak memiliki karakter, sebab para pemimpinnya
tidak memiliki jiwa yang ulet, hati yang tegih serta pengabdian yang
mendalam. Semuanya bersifat kontraktual.Dengan kekuatan spiritualnya Mbah Maridjan telah mampu menajga keseimbangan antara mikrokosmos, manusia yang tercermin dalam dirinya, dengan makrokosmos yakni Gunung Merapi, selama belasan tahun mengabdi, dan selama itu pula berbagai letusan gunung terjadi, masyarakat selamat dan Mbah Maridjan Juga selamat. Sebagai pengabdian yang tulus, ia bertekad mengandikan dirinya seumur hidup untuk menjaga merapi, apalagi ini juga amanah dari Keraton Yogyakarta. Karena itu sebagai panglima Merapi tidak mungkin ia meninggalkan gelanggang, lari berarti meninggalkan tanggung jawab, pantang bagi seorang brahmana mengabaiakan tiugasnya, karena itu akan dipertahankan hingga denyut nadi penghabisan
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar