5.Pesantren kini dalam Pembentukan moral generasi bangsa.
Jika
kita amati, lembaga pendidikan pesantren saat ini kelihatan mengalami
semacam "kebangkitan", atau setidaknya menemukan "popularitas" baru.
Secara kuantitatif jumlah pesantren meningkat; berbagai santren baru
muncul di mana-mana, tidak hanya di Jawa, tetapi juga di Sumatera. Yang
menarik dari perkembangan kuantitatif ini adalah gejala pertumbuhan
santren-pesantren baru di wilayah urban, seperti Jakarta dan
wilayah-wilayah sekitarnya (Jabotabek).
Di
antara pesantren baru di wilayah urban, yang ngalami perkembangan cukup
fenomenal, misalnya antren Darul Muttaqin di Parung, Bogor. Lalu di
Pasar Usang, di dekat kota Padang, telah berdiri "Pesantren Modern Prof.
Dr. Hamka" juga di Samarinda imantan Timur berdiri Pondok Pesantren
Nabil Husein. Sementara itu, perkembangan fisik bangunan pesantren juga
mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat observable. Banyak pesantren di
berbagai tempat apakah itu diwilayah urban, maupun di pedesaan,
mempunyai gedung-gedung atau bangunan yang megah dan lebih penting lagi,
sehat dan kondusif sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan yang
baik.
Dengan
demikian, citra yang pernah disandang pesantren sebagai komplek bangunan
yang reot dan tidak higienis semakin memudar. Pada satu segi
perkembangan fisik pesantren mengindikasikan terjadinya peningkatan
swadaya dan swadana masyarakat muslim sebagai hasil dari kemajuan
ekonomi yang dicapai kaum muslim dalam pembangunan.
Pada
segi lain, kemunculan pesantren-pesantren baru yang ternyata dengan
cepat menjadi popular itu dalam skala sedikit luas agaknya merupakan
salah satu indikasi tambahan tentang tengah berlangsungnya secara intens
apa yang disebut sebagian pengamat sebagai proses "santrinisasi" kaum
muslim Indonesia.
Lebih
jauh lagi, kemunculan pesantren-pesantren urban bisa jadi merupakan
indikasi lebih lanjut tentang kerinduan orang tua - orang tua muslim
untuk mendapatkan pendidikan Islami yang baik, tetapi sekaligus
kompetitif bagi anak-anak mereka. Atau, sebaliknya, boleh jadi
mengindikasikan "kepasrahan" orang tua muslim terutama di wilayah urban
yang merasa "tidak mamptu" lagi mendidik sendiri anak-anak mereka secara
Islami, atau "tidak yakin" bahwa anak-anak mereka akan mendapatkan
pendidikan agama yang memadai dari sekolah-sekolah umum dan karena itu,
menyerahkan anak-anak mereka ke pesantren. atau lebih jauh lagi, karena
pesantren dengan proses pendidikannya selama dua puluh empat jam penuh
itu, dipandang orang tua sebagai mampu "menjinakkan" anak-anak mereka
dari dislokasi sosial yang muncul dewasa ini sebagai ekses globalis,
nilai-nilai.
Dalam
kerangka analisis semacam itu, sebenarnya orang tua atau bahkan
masyarakat muslim umumm masih memegangi citra tentang dan harapan (expectation)
lama terhadap pesantren. Jelasnya, bahwa pesantren adalah lembaga
pendidikan yang mampu membentuk dan menyiapkan anak didiknya menjadi
muslim yang baik. Paling tidak secara implisit bisa dipahami hahwa
inilah harapan pokok orang tua atau masyarakat muslim umumnya terhadap
pesantren dewasa ini. Oleh karena itu, tugas pokok yang dipikul
pesantren pada esensinya adalah mewujudkan manusia dan masyarakat muslim
Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Dalam kaitan ini
secara lebih khusus lagi pesantren bahkan diharapkan berfungsi lebih
daripada itu ia diharapkan dapat memikul tugas yang tak kalah pentingnya
yakni melakukan reproduksi ulama. Dengan kualitas keislaman, keimanan,
keilmuan dan akhlaknya, para santri diharapkan mampu membangun dirinya
dan masyarakat sekelilingnya.
Di
sini para santri diharapkan dapat memainkan fungsi ulama dan pengakuan
terhadap keulamaan mereka biasanya pelan-pelan tapi pasti datang dari
masyarakat. Selain itu pesantren juga bertujuan untuk menciptakan
manusia muslim mandiri dan ini kultur pesantren yang cukup menonjol yang
mempunyai swakarya dan swadaya. Dengan demikian keunggulaii Sumber Daya
Manusia yang ingin dicapal pesantren adalah terwujudnya generasi muda
yang berkualitas tidak hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek
afektif dan psikomotorik.
Tetapi
sesuai dengan sifat distingtifnya sebagai sebuah lembaga pendidikan
Islam yang mempunyai "sub-kultur" yang distingtif pula, pesantren harus
lebih mengorientasikan peningkatan kualitas santrinya kearah penguasaan
ilmu-ilmu agama Islam. Karena bagaimanapun sampai sekarang ini pesantren
tetap masih merupakan lembaga pendidikan Islam yang paling efektif
dalam melakukan transmisi dan transfer ilmu-ilmu agama Islam.
6.Prospek Pesantren di Masa Depan
Era
globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi
perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya atau
pendidikan Islam, termasuk pesantren, khususnya argumen panjang lebar
tidak perlu dikemukakan lagi bahwa masyarakat muslim tidak bisa
menghindarkan diri dari proses globalisasi tersebut, apalagi kalau ingin
survive dan berjaya ditengah perkembangan dunia yang kian kompetitif
dimasa kini, diabad XXI. Globalisasi sebenarnya bukanlah fenomena baru
sama sekali bagi masyarakat-masyarakat muslim Indonesia. Bahkah
berbarengan dengan datangnya berbagai gelombang global secara konstan
dari waktu ke waktu.
Sumber
globalisasi tersebut adalah Timur Tengah khususnya mula-mula Makkah dan
Madinah, dari sejak abad 20, juga Kairo. Karena itu seperti bisa
diduga, globsasi ini lebih bersifat religio-intelektual, meski dalam
kurun-kurun tertentu juga diwarnai oleh semangat religio-politik. Tetapi
globalisasi yang berlangsnng dan melanda masyarakat muslim Indonesia
sekarag menampilkan sumber dan watak yang berbeda. Proses globalisasi
dewasa ini tidak lagi bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari Barat,
yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan
kehidupan masyarakat dunia umumnya. Globalisasi yang bersumber dari
Barat tampil dengan watak ekonomipolitik dan sains teknologi.
Dominasi
dan hegemoni politik Barat dalam segi-segi tertentu mungkin saja telah
"merosot", khususnya setelah berakhir perang dunia kedua dan "Perang
Dingin". Tetapi hegemoni ekonomi dan sains-teknologi Barat tetap belum
tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan ekonomi baru, seperti Jepang
dan Korea Selatan, tetapi kultur hegemoni ekonomi dan sainsteknologi,
tetap sarat dengan nilai-nilai Barat. Dengan demikian, hegemoni tadi
menemukan momentum baru, yang pada gilirannya mempercepat proses
globalisasi.
Hegemoni
ekonomi dan sains-teknologi jelas bukan persoalan sederhana. Hegemoni
dalam bidang-bidang ini bukan hanya menghasilkan globalisási ekonomi dan
sains-teknologi, tetapi juga bidang-bidang intelektual, sosial,
nilai-nilai dan gaya hidup dan seterusnya. Globalisasi Coca Cola atau Mc
Donald, bukan sekedar ekspansi ekonomi, tetapi juga gaya hidup dengan
segala implikasinya. Globalisasi "Mc Donald" misalnya menimbulkan
perubahan dalam pola dan jenis makanan yang dikonsumsi masyarakat.
Perubahan
ini pada gilirannya menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi
kesehatan masyarakat, penyakit-penyakit, semacam tingginya kolesterol, ,
obesitas (kegemukan) sekarang dikhawatirkan ahli-ahli kesehatan
Indonesia semakin menyebar dalam sebagian marakat Indonesia terutama di
wilayah-wilayah dimana ekspansi dan penetrasi "Mc Donaldnisasi" dann
Coca-colanisasi" ini terlihat paling kuat. Hal yang sama juga bisa
dilihat pada hegemoni model-model Pendidikan Barat terhadap sistem
Pendidikan Nasional di Indonesia.
Itulah
sebabnya ke depan, Pondok Pesantren harus melakukan pembenahan diri
dengan maksimal dan terencana. Model pendidikan Islam yang di emban oleh
Pondok Pesantren harus terus mengalami pembaharuan-pembaharuan dimana
karakteristik Pondok Pesantren harus tetap melekat kuat dan menjadi jiwa
dan pergerakan Pondok Pesantren dan berbareng dengan itu pengadopsian
model-model pendidikan modern harus dilakukan dengan tanpa mengurangi
sedikitpun pengaktualisasian nilai-nilai ke-Islam-an yang hidup dalan
pesantren. Lebih dari itu transformasi penguasaan teknologi modern serta
profesionalisasi para santri harus juga dikedepankan sebagai salah satu
misi Pondok Pesantren Modern. Hal yang amat penting adalah Pondok
Pesantren juga harus menerapkan prinsip-prinsip bahwa Pondok Pesantren
adalah sebuah komunitas sosial masyarakat Islam modern juga harus terus
diikuti dengan berkembangnya kegiatan ekonomi modern dalam pesantren
yang mendukung kuatnya posisi ekonomi pesantren di mata masyarakat
modern. Sudah saatnya bahwa Pondok Pesantren juga harus menjadi sebuah
sistim Pendidikan yang menyeluruh, menyatu dan terintergrasi dimana di
dalam kawasan Pondok Pesantren berdiri Taman Bermain Anak-anak (Play Group), Taman kanak-kanak, Pondok Pesantren Modern SD, SMP,SMU dan Perguruan Tinggi.
Kedepan
dengan kelenturannya untuk memodermsasikan model pendidikan Islam di
dalan pesantren, maka Pesantren akan terus ikut berkembang menjadi "Centre of Moslem Revitalisations"
(Pusat Revitalisasi Islam). Disini lulusan-lulusan Pesantren akn
mengabdikan diri sebagai pembaharu dan modernis IsIam dan membentuk
serta mewarnai dunia modern khususnya bangsa Indonesia dengan nafas
Islam yang dibawabanya dari Pesantren. Dan dengan itu akan lahir
peradaban Islam Modern yang mampu berkembang dan membentuk tata dunia
baru Islam sebagai Rahmatan lil alamin (Islam sebagai Rahmat bagi dunia)
dan bukan sebagaimana menjadi sebuah kekuatan yang seringkali diisukan
sebagai ancaman bagi dunia modern.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar