Diposting oleh
jaki iskandar
di
07.15
Penutup
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga-lembaga pendidikan
Islam, khususnya pesantren telah banyak memberikan andil bagi bangsa
Indoneisa, baik dahulu maupun kini. Kehandalan pondok pesantren selama
berabad-abad, walau dengan segala kesederhanaannya masih menjadi harapan
umat Islam sebagai benteng satu-satunya bagi umat Islam dan
kelimiahannya. Karena dari sanalah lahir generasi-generasi yang
melanjutkan da’wah Islam. Tidak aneh bila ada anggapan bahwa para
orientalis mulai menggeluti sosiologi pesantren untuk mencari titik yang
dapat melemahkan kesinambungannya demi pengikisan Islam di Indonesia,
baik melaui cara halus maupun kasar.
Walau
bagaimana tangguhnya sebuah pesantren ia harus tetap belajar dengan
lingkungan sekitarnya sambil melestarikan identitas keislamannya. Sistem
fiqih orientied yang diterapkan pada masa Ampel misalnya, pada zaman kini dirasa kurang berhasil melahirkan alumni yang iltizam dengan
agamanya, terbukti adanya sebagian santri setelah lulus dari
pesantrennya kurang mengamalkan ajaran agamanya. Karena sekeluarnya dari
almamater, dalam jiwanya merasa telah bebas dari segala peraturan dan
tata tertib pesantren, padahal sebenarnya sebagian besar tata tertib itu
adalah bagian dari ajaran Islam, seperti berjilbab, sholat berjamaah,
membaca al-Quran, menjauhi yang haram dan syubhat, melakukan hal yang
sunah dan lain sebagainya.
Oleh
karena itu perlu adanya upaya memberi materi Islam secara kaffah, kamil
dan mutakamil. Sehingga pemahaman dan sikapnya terhadap Islam pun
bersifat komprehensif, dan tidak sepenggal-penggal.
Keanekaragaman
lembaga pendidikan Islam merupakan khazanah yang perlu dilestarikan.
Setiap lembaga mempunyai ciri khas dan orientasi masing-masing, namun
demikian harus ada satu komitmen, yaitu memberi pemahaman Islam secara
kaffah demi izzul Islam wal muslimin. Wallahu’alam
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar