Dengan ramainya masalah terorisme di Indonesia yang disangkutpautkan
dengan keberadaan ajaran agama Islam di pesantren, kiranya patut kita
simak dengan seksama artikel tulisan dari Nurul Huda Maarif yang di muat
di Duta Masyarakat tanggal 19 Januari 2006 berikut ini.
Tradisi Pesantren dan Terorisme
Oleh: Nurul Huda Maarif
Duta Masyarakat, 19 Januari 2006
Stigma pesantren sebagai ‘produsen’ teroris telah menggelinding ke
seluruh penjuru nusantara. Masyarakatpun menangkap dan memaknai bola
panas itu secara beragam. Sebagian membenarkan, sebagian ragu penuh
tanya, dan sebagian besar lainnya menolak tegas. Diskusi, artikel, dan
komentar terus-menerus bermunculan di berbagai media, terkait isu besar
ini.
Dan, Wakil Presiden Jusuf Kalla, menjadi satu-satunya sosok yang
paling banyak dan bertubi-tubi menerima ‘hadiah’’ protes dan demo dari
kelompok yang menolak, karena Ketua Umum Partai Golongan Karya ini
dianggap sebagai pihak pertama yang ‘bertanggungjawab’ menggelindingkan
bola panas itu.
Misalnya bermula dari statemen kontroversialnya pesantren harus
diawasi hingga pengambilan sidik jari santri. Yang pasti, kini stigma
itu telah ‘memporak-porandakan’ the great tradition (tradisi agung)
pesantren yang selama ini dikenal sebagai lembaga pencetus muslim
moderat.
Jika stigma ini tidak segera dibendung, dikuatirkan efeknya akan kian
meluas dan pesantren akan kian tersudut. Untuk itu, melalui artikel
sederhana ini, penulis berupaya membendung arus deras stigma itu,
melalui penelusuran terhadap geneologi tradisi pesantren.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar